Novel baru milik Tere Liye yang baru saja diluncurkan tahun
ini membawa angin segar dari beberapa novel lainnya. Hal pertama yang membuat
saya tertarik untuk membaca buku ini adalah sampul luar dari novel ini. Hanya ada
gambar sepatu di sampul tersebut. Nampak sederhana namun elegan. Dari beberapa
novel milik Tere Liye yang saya baca, sejauh ini Tentang Kamu ini menjadi novel
favorit saya. Walaupun memang saya belum membaca semua novelnya, masih
segelintir saja yang saya baca.
Novel ini berbeda sekali dengan novel Tere Liye yang
terakhir saya beli yaitu Hujan. Tentang Kamu ini lebih terasa nyata dan dekat
dengan kehidupan kita. Novel ini menceritakan dua kehidupan tokoh yaitu Zaman
Zulkarnaen dan Sri Ningsih. Walaupun kehidupan Sri Ningsih terasa lebih kental.
Mengisahkan tentang betapa sulitnya kehidupan yang harus dilalui Sri Ningsih
bahkan semenjak dia dilahirkan ke dunia. Lika-liku kehidupan yang harus dia
lalui itu membuat Sri Ningsih tumbuh menjadi sosok yang kuat. Sosok yang tak
akan pernah kita sangka bahwa dia sudah menjalani drama kehidupan yang pelik. Dia
masih mampu berdiri kokoh walaupun begitu banyak hal-hal buruk yang dia terima.
Satu hal yang saya sadari dalam novel ini adalah Sri Ningsih mengajari kita
untuk memaafkan orang lain yang tidak memperlakukan kita dengan baik. Sri Ningsih
mengajarkan kita untuk mengikhlaskan semua hal yang terjadi tanpa harus
menyisakan dendam di hati.
Berawal dari kehidupna keras yang harus dia lalui, namun
malah membuat Sri Ningsih tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan gigih. Dari semula
menjadi gadis yang tak tahu arah, tak memiliki apapun dalam menjalani
kehidupannya hingga tak disangka dia memiliki saham yang apabila dicairkan
memiliki nilai yang fantastis. Namun dari kekayaan itulah muncul suatu
permasalahan yang pelik. Sebelum kepergiannya selama-lamanya, Sri Ningsih
sempat menunjuk kantor hukum di mana Zaman Zulkarnaen bernaung. Zaman jugalah
yang diamanatkan untuk menyelesaikan masalah ini, kepada siapa warisan itu
diperuntukkan secara tepat. Tidak mudah bagi Zaman untuk memecahkan teka-teki
tersebut. Zaman bahkan butuh menelusuri jejak-jejak kehidupan Sri Ningsih di
Indonesia, Inggris, dan Paris.
Dari lika-liku kehidupan yang diceritakan, ada satu yang
menarik dari tulisan Tere liye ini yaitu analisis permasalahan yang dilakukan
secara detail. Bagi saya, tidak mudah menulis sebuah karangan yang penuh dengan
intrik dan detail-detail yang tajam. Saya suka novel Tere Liye yang membutuhkan
analisis secara mendetail, menyebutkan situasi-situasi yang tidak biasa seperti
yang dilakukan oleh seorang detektif. Novel Tentang Kamu ini secara sekilas
mirip dengan Novelnya yang lain yaitu Negeri di Ujung Tanduk dan Negeri Para
Bedebah. Jadi dalam pengarangan novel tersebut, butuh pematangan ide cerita
serta intrik-intrik detail yang harus dipersiapkan. Tidak banyak memang penulis
Indonesia yang bisa menghadirkan novel tersebut. Jujur harus diakui tidak semua
novel Tere Liye seperti itu, masih ada juga novel yang mengisahkan tentang
jalinan hubungan percintaan yang menyedihkan layaknya novel milik penulis lain.
Sejauh ini memang novel Tentang Kamu, saya klaim sebagai
novel terbaik Tere Liye yang pernah saya baca. Negeri di Ujung Tanduk dan
Negeri Para Bedebah juga menarik tapi mungkin tema yang diangkat juga sedikit
berat. Karena persoalan yang diangkat adalah tentang masalah negara. Bahkan saat
saya membaca kedua novel tersebut, saya merasa itu menjadi sebuah sindiran sang
penulis untuk kasus Bank Century. Untuk novel Tentang Kamu ini terasa lebih
ringan karena menceritakan hidup yang terasa nyata. Walaupun memang ada sedikit
yang disayangkan di beberapa hal. Menurut pendapat saya, ada beberapa bagian
menuju ending novel ini sedikit
memaksakan. Yang jikalau dipikir-pikir kembali sayang saja alur yang begitu
bagus dari awal harus dinodai dengan sesuatu yang “dipaksakan” menuju akhir. Mungkin
sang penulis sudah kehabisan ide atau sudah tidak mengerti harus bagaimana lagi
untuk merangkainya.
Tapi lebih dari itu semua, novel ini sangat layak untuk
dibaca. Karena banyak nilai moral yang bisa kita petik dari novel ini. Bagaimana
kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain secara ikhlas dan tulus agar
kita tidak menyisakan dendam di dada kita. Hal itu terkadang menjadi suatu yang
sulit untuk kita lakukan. Orang lain seringkali menyakiti kita sehingga kita
sulit untuk memaafkannya. Namun kalau dibandingkan dengan kehidupan Sri
Ningsih, kita tentu berpikir kehidupan kita masih mudah bila dibandingkan
kehidupan Sri Ningsih yang pahit.
Ada beberapa baris yang saya suka di Novel ini, salah
satunya yang diucapkan oleh Zaman:
“….Selain bagiku, janji adalah janji, setiap janji sederhana
apa pun itu, memiliki kehormatan.”
Kadang kita lupa menepati janji, bahkan janji sekecil apapun
yang kita ikrarkan. Padahal janji itu tetap menjadi janji, sekecil apapun janji
kita. Sejatinya kita berkewajiban untuk menepatinya. Pelajaran untuk kita
(untuk saya juga pastinya) bahwa kita jangan terlalu mudah mengumbar janji
kalau kita nantinya tidak mampu menepatinya. Janji sekecil apapun itu punya hak
untuk ditepati.
Comments
Post a Comment