Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

#MariBeropini: Refleksi Diri Menuju Generasi Baru

Baru sebulan yang lalu usia saya bertambah. Ternyata hampir seperempat abad hidup di dunia yang penuh warna ini. Dan apa yang sudah saya lakukan sejauh ini?  Kebetulan kemarin saya iseng menghabiskan kuota malam, mampirlah saya mengunjungi youtube. Dan menemukan video Gita Savitri di laman home youtube saya. Jadi itu cuma screenshot doang ya, untuk linknya bisa searching sendiri. Gita Savitri adalah seorang mahasiswa yang sedang kuliah di Jerman, kuliah S1 jurusan Kimia. Akhir-akhir ini dia jadi selebgram tenar yang mulai menerima jasa endorse berbagai macam produk. Yang membuat saya heran, barang-barang endorse- nya itu dikirim ke Jerman banget ya? Karena jujur saya tertarik meng- endorse  @gitasav ini untuk onlineshop yang baru mulai saya rilis. Tapi rasanya ga kuat buat bayar ongkir ke Jerman nya hahaha.  Oke cukuplah selingannya ya. Lanjut aja yuk. Saya 'ngeh' dengan Gitasav ini dari tulisan-tulisannya di blog yang menceritakan kehidupan kuliahnya di Jerm

(Menuju) H-30

26.03.2017 Hari ini bisa jadi sebulan atau H-30 sebelum keberangkatanku ke tanah baru. Bahagia? Jelas. Buah manis dari kerja keras dan kesabaran ekstra. Karna proses yang kali ini memakan waktu cukup lama. Jadi saat tau ada namaku di sana, langsung mengharu biru. Sebenarnya nggak sabar untuk menantikan sesuatu yang baru tapi... Iya memang ada tapi. Rasanya ada yang berat bertahta dalam perasaan. Berat meninggalkan Ibu sendirian di rumah (lagi). Memang beberapa waktu lalu aku sempat tinggal di Jakarta tapi masih sering bolak-balik rumah juga. Tapi kalau ini mungkin agak sulit. Terlebih lagi keadaan Ibu yang tidak begitu sehat. Waktu Ibu di rumah sendirian, keadaannya tidak begitu baik. Tapi saat Februari-Maret ini aku lebih banyak di rumah, hanya sekali saja balik ke Jakarta, Alhamdulillah keadaan Ibu jauh lebih baik. Dan satu yang terbersit di dalam pikiran adalah Ibu butuh teman di rumah.  Nggak tega sebenarnya harus ninggalin Ibu. Karena keadaan Ibu yang sudah tidak

Kepadamu, Bapak Tigamaret!

Hai, apa kabar kamu? Bahkan sekarang aku nggak tau kabar kamu. Dulu kita pernah sibuk untuk saling memberikan kabar.  Kamu di mana? Kamu lagi apa? Kamu udah makan? Mungkin template pertanyaan yang pasti ada dalam percakapan kita. Kamu masih ingat? Kalau kamu sudah lupa, bolehkah aku mengingatkanmu walau hanya sedikit? Kamu tau jikalau ada rindu yang membuncah di dalam dada yang bahkan tidak bisa tersampaikan, aku selalu memilih untuk membaca percakapan lama kita. Mengesampingkan perdebatan dan pertikaian kita yang tak pernah selesai. Membaca kembali percakapan lama kita membuatku sedikit terhibur. Entah bahkan aku sering tertawa sekaligus menangis. Kalau kamu sering mempertanyakan apakah aku sering merindukanmu atau tidak. Haruskah aku jawab sekarang ketika semua keadaan telah berubah? Jikalau aku lebih membiarkan memenangkan egoku untuk menyembunyikan rinduku saat itu.  Apakah kamu tau semua ingatan tentangmu masih tersimpan rapi di otakku. Bagaimana jahilnya kamu, isengnya