Skip to main content

(Menuju) H-30

26.03.2017

Hari ini bisa jadi sebulan atau H-30 sebelum keberangkatanku ke tanah baru. Bahagia? Jelas. Buah manis dari kerja keras dan kesabaran ekstra. Karna proses yang kali ini memakan waktu cukup lama. Jadi saat tau ada namaku di sana, langsung mengharu biru.

Sebenarnya nggak sabar untuk menantikan sesuatu yang baru tapi... Iya memang ada tapi. Rasanya ada yang berat bertahta dalam perasaan. Berat meninggalkan Ibu sendirian di rumah (lagi). Memang beberapa waktu lalu aku sempat tinggal di Jakarta tapi masih sering bolak-balik rumah juga. Tapi kalau ini mungkin agak sulit. Terlebih lagi keadaan Ibu yang tidak begitu sehat.

Waktu Ibu di rumah sendirian, keadaannya tidak begitu baik. Tapi saat Februari-Maret ini aku lebih banyak di rumah, hanya sekali saja balik ke Jakarta, Alhamdulillah keadaan Ibu jauh lebih baik. Dan satu yang terbersit di dalam pikiran adalah Ibu butuh teman di rumah. 

Nggak tega sebenarnya harus ninggalin Ibu. Karena keadaan Ibu yang sudah tidak sesehat dan sekuat dulu jadi sudah mengurangi untuk berkendara sendiri. Jadi kemana-mana Ibu harus diantar dan ditemani. Contohnya tahun lalu saat mengurus keberangkatan umroh, untung aku sedang di rumah bisa membantu Ibu kesana kemari. 

Untuk urusan pergi kesana kemari, aku sering mengantar. Karena mungkin yang mau sabar diajak kemana-mana. Walaupun sebenarnya aku nggak sabar-sabar banget. Cuma kalo ke Rumah Sakit, aku yang mau sabar nungguin dokter yang nggak jelas jam kedatangan. Berat rasanya ninggalin Ibu. Tapi beruntung saat aku pergi, ada Kakak cowok yang lagi libur.

Ibu pernah bilang, "Ibu senang kamu di rumah, jadi Ibu ada teman. Tapi Ibu lebih senang kamu mencari kehidupan yang lebih baik." Aku tau Ibu ikhlas melepaskan anak-anaknya termasuk aku si anak terakhir. Ibu mengharapkan kami menemukan kehidupan yang lebih baik. Ibu selalu mendukung aku untuk menggapai cita-citaku. 

Maaf ya Ibu, aku izin berangkat mau merantau ke tempat baru. Aku berupaya mewujudkan cita-cita, doakan aku selalu di manapun aku berada, Ibu. Semoga Ibu selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah.
 Ibu ❤❤❤

Comments

Popular posts from this blog

Menuju Operasi Amandel (Tonsilitis)

Ada orang yang bilang kalau mau sakit yang enak yaudah sakit amandel aja, abis operasi bisa enak makan es krim yang banyak. Nah awalnya jauh sebelum detik-detik operasi amandel juga kepikiran begitu. Wah asyik dong bisa makan es krim yang banyak. Saya senang banget makan es krim karena saya tau saya saat itu nggak bisa bebas makan es krim. Kalau kebanyakan makan minum yang dingin begitu biasanya langsung demam. Tapi setelah saya menjalani operasi tonsilitis alias amandel, wah buang-buang jauh deh pemikiran abis operasi enak bisa makan es krim. Karena apa? Boro-boro makan es krim yang lembut itu enak, mau nelan air liur aja sakit coooy. Jadi sekarang kalau ada yang bilang sakit amandel itu enak, saya bakalan nyinyir. Iya dia belum ngerasain, lah saya yang ngerasain, yang tahu sakitnya kayak apa hahaha. Oke kali ini mau bagi-bagi cerita tentang pengalaman operasi amandel yang lalu. Tapi kayaknya udah basi banget ya? Secara operasinya udah bulan Agustus lalu, tapi karena udah janji ya

Nasihat Papa tentang Om Thomas

Kata Papa, bahkan bila terbakar hangus seluruh keluarga kita, jangan pernah berhenti peduli. Walaupun terfitnah kejam keluarga kita, hingga rasanya sakit menembus relung hati, jangan pernah berhenti berbuat baik. Anak-anakku jadilah orang-orang yang berdiri gagah di depan, membela kebenaran dan keadilan. Jadilah orang-orang yang berdiri perkasa di depan, membantu orang-orang lemah dan dilemahkan. Atau jika tidak, berdirilah di belakang orang-orang yang melakukannya, dukung mereka sekuat tenaga. Maka, seluruh kesedihan akan diangkat dari hati, seluruh beban akan terasa ringan. Karena akan tiba masanya orang-orang terbaik datang, yang bahu-membahu menolong dalam kebaikan. Akan tiba masanya orang-orang dengan kehormatan hadir, yang memilih jalan suci penuh kemuliaan. Percayalah, Dan jangan pernah berhenti percaya, meski tidak ada lagi di depan, belakang, kiri-kananmu yang tetap percaya. Tere Liye (dalam "Negeri di Ujung Tanduk")

Mitos Dibalik Halaman Persembahan Skripsi

Dulu teman saya pernah bilang hati-hati kalau menuliskan nama pacar di halaman persembahan skripsi. Konon katanya, biasanya yang menuliskan nama kekasih di halaman tersebut kebanyakan hubungannya tidak bertahan lama alias rentan berakhir. Karena sudah banyak contoh yang kejadian. Bahkan teman saya menyebutkan beberapa nama kakak tingkat yang di halaman skripsinya menyebutkan nama kekasihnya dan berakhir putus. Karena omongam teman saya itu, saya sempat maju mundur untuk menyebutkan nama dia di halaman persembahan skripsi saya. Awalnya saya hanya menyebutkan ucapan terimakasih untuk Bapak Ibu dan kedua kakak saya. Karena memang masih terpengaruh oleh perkataan teman saya. Tapi setelah terus berpikir, saya kok tega-teganya nggak menuliskan nama dia ya. Sedangkan peran dia dalam kehidupan saya saat itu memang cukup besar. Hari-hari saya diwarnai oleh dia, bahkan dia juga banyak membantu saya dalam urusan skripsi dari hal terkecil hingga hal yang menyulitkan. Jadi yaudah aku menambahk