Skip to main content

HOMETOWN

                                                                                                                                                                                                                        source: freepik


 Hometown : (n) the town of one's birth or early life or of one's present fixed residence.


Merujuk dari definisi di atas, dulu saat masih di tahap pencarian jati diri, sesungguhnya aku nggak tau harus menjawab apa kalau ditanya tentang hometown. Hometown kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia, bisa dimaknai sebagai kampung halaman.


Masa Balita

Dilahirkan dari bapak dan ibu keturunan Jawa, tapi aku dilahirkan di wilayah barat Indonesia, yaitu di Kota Sorong, Papua. Karena memang waktu itu bapak bekerja di sana. Dilahirkan dan dibesarkan di sana hingga umur 2 tahun kemudian pindah kota mengikuti bapak yang dipindahtugaskan ke Sumenep, Madura. Menjalani masa kanak-kanak hingga masuk TK di sana dengan penuh lika-liku dan cukup struggle untuk bisa berbaur di sana. Jangan dibayangkan kalau aku tinggal di tengah kota, karena pekerjaan bapak yang berkaitan dengan perikanan, jadi sudah jelas dan bisa dibayangkan di daerah seperti apa aku tinggal. Aku tinggal di daerah pesisir, yang sekitar 1 jam menuju pusat peradaban Sumenep. Aku tinggal di mess pabrik, bergaul juga lebih banyak dengan orang-orang di sekitar wilayah tersebut yang bahkan mereka kurang fasih berbahasa Indonesia, bahkan begitu juga dengan anak-anak seumuran aku. Sepertinya pengalaman bersekolah di TK sana bisa diceritakan suatu saat ya....


Masa Sekolah Dasar

Setelah lulus TK, kemudian Bapak dipindahtugaskan kembali, kali ini masih di Provinsi yang sama namun beda Kabupaten yaitu Situbondo. Pindah yang kali ini lebih menyenangkan karena kami sekeluarga tinggal di pusat keramaian. Di Situbondo, aku menyelesaikan masa Sekolah Dasar selama 6 tahun dengan penuh suka cita hahaha, banyak kenangan manis di sana yang masijh aku ingat bahkan kalau ditawarkan untuk kembali ke masa itu pasti aku langsung setuju. Dapat sekolah yang nyaman, dan bisa mengembangkan diri, jadi walaupun masa kecil penuh dengan jadwal les tapi aku bisa menikmatinya.


Menuju Mengenal Temanggung Lebih Dekat

Sedang merasa bahagia-bahagianya tinggal di Situbondo, eh dihadapkan dengan keharusan untuk pindah yang kesekiannya lagi. Kalau kali ini bukan karena bapak dipindahtugaskan, tetapi karena gonjang-ganjing keadaan perusahaan bapak bekerja. Jadi ibu dan ketiga anaknya dipindahkan terlebih dahulu untuk pulang kampung ke kota asal bapak dan ibu, Temanggung di Jawa Tengah.

Jujur, cukup sulit memang untuk bisa bertahan dengan baik di Temanggung, tempat yang mungkin hampir setiap tahun (lebaran) pasti dikunjungi, tapi rasanya aneh untuk menetap di sana. Iya memang hati aku yang belum seutuhnya menetap di kota tersebut. Mungkin ini juga bisa dijadikan satu cerita tentang banyak kekecewaan yang aku dapatkan saat masa SMP - SMA. Namun di satu sisi aku juga banyak belajar tentang kisah kehidupan, bahwa hidup bukan hanya ada satu warna saja, belajar tentang bagaimana susahnya orang untuk berjuang keras untuk menjalankan hidup yang lebih layak atau memperbaiki kualitas hidupnya. 

Bertumbuh di lingkungan yang lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia dan kurang begitu paham dengan kebudayaan Jawa, membuat aku agak kesusahan untuk beradaptasi di masa-masa sekolah. Bahkan aku sempat benci sekolah, khususnya mata pelajaran Bahasa Jawa. Udah gurunya killer, nggak asyik, pelajaran baru buat aku, bahkan ada materi untuk pidato dalam prosesi pernikahan Jawa, lah mana aku tahu yaaaaaa? Anjlok deh nilai Bahasa Jawa aku hahaha. 

Tapi lama kelamaan juga akhirnya mulai beradaptasi, banyak makanan yang aku suka, mulai mahir berbahasa Jawa dari yang level ngoko maupun krama, walaupun sampai sekarang masih agak gagap kalau diajak berbahasa Jawa Krama Inggil ya. Kemudian kuliah pun masih di tanah Jawa, di Solo yang mayoritas masyarakatnya masih berbahasa Jawa. 

Sampai pada akhirnya, aku bekerja di bagian barat Indonesia, di Pulau Sumatra, tepatnya di Kota Medan.  Ternyata aku merindukan hawa dingin Temanggung, makanan khasnya ataupun masakan ibu sekalipun, keramahan orangnya, suasananya dan lain sebagainya mampu membuat aku rindu. 

Temanggung dengan serba serbi yang murah, jadi semakin bisa untuk banyak menabung kalau tinggal di sana. Sering banget aku becanda dengan ibu "Bu andaikan aja gajiku seperti sekarang, terus tinggal di Temanggung, wah aku udah nabung banyak deh pasti." Ibu hanya ketawa menyetujuinya aja, hahaha. Atau bahkan tinggal di Jogja aja deh, pasti lebih banyak uang sisa dari gaji aku. Karena emang beli tiket pesawat cukup menguras tabungan banget sih hahaha. Tapi namanya rezeki pasti udah ada yang ngatur sedikit banyaknya, tinggal cara kita aja untuk lebih banyak bersyukur.

Kalau dulu ditanya "Kamu orang mana?" Pasti akan kebingungan untuk menjawab, lahir di Papua, masa kecil di berbagai kota, aksen medok pun nggak ada, sehingga orang-orang nggak akan percaya dengan jawaban "Aku orang Jawa". Tapi kalau sekarang ditanya begitu kembali, aku bakalan menjawab "Orang Temanggung" "Kampung Halaman aku di Temanggung" dengan bisa sedikit menunjukkan aksen Jawa yang lumayan natural hahaha. Walaupun dengan sedikit kesusahan untuk menjelaskan letak wilayah Temanggung ke orang-orang yang cuma hafal kota-kota besar aja.

Setelah 5 tahun di Medan, ingin rasanya mencoba tinggal di kota lain, beradaptasi dengan adat istiadatnya kota lain, dan yang terpenting masih pengen tinggal di Pulau Jawa. Tempat tinggal impian aku saat ini adalah Bandung, Jogja, Solo. Andaikan aja kantor aku ada di 3 tempat tersebut ya, aku berusaha untuk mengajukan diri untuk pindah hahaha.

Aku merasa udah cukup tinggal di Medan, pengen menetap di suatu kota yang penuh kedamaian dengan memperoleh pendapatan yang seperti saat ini atau bahkan lebih, dan nggak pindah-pindah kota sebagai tempat tinggal, hanya datang untuk berkunjung saja. Udah banyak pengalaman dan rasa yang bercampur untuk pindah kesana kemari, nggak nyaman sebenarnya. Aku selalu berdoa setelah ini aku dapat tinggal di suatu tempat yang nyaman bersama keluarga, memperoleh penghidupan yang sangat layak, dan dekat dengan kampung halaman.

Gimana cerita kampung halaman kamu, sunshine?


Comments

Popular posts from this blog

Mitos Dibalik Halaman Persembahan Skripsi

Dulu teman saya pernah bilang hati-hati kalau menuliskan nama pacar di halaman persembahan skripsi. Konon katanya, biasanya yang menuliskan nama kekasih di halaman tersebut kebanyakan hubungannya tidak bertahan lama alias rentan berakhir. Karena sudah banyak contoh yang kejadian. Bahkan teman saya menyebutkan beberapa nama kakak tingkat yang di halaman skripsinya menyebutkan nama kekasihnya dan berakhir putus. Karena omongam teman saya itu, saya sempat maju mundur untuk menyebutkan nama dia di halaman persembahan skripsi saya. Awalnya saya hanya menyebutkan ucapan terimakasih untuk Bapak Ibu dan kedua kakak saya. Karena memang masih terpengaruh oleh perkataan teman saya. Tapi setelah terus berpikir, saya kok tega-teganya nggak menuliskan nama dia ya. Sedangkan peran dia dalam kehidupan saya saat itu memang cukup besar. Hari-hari saya diwarnai oleh dia, bahkan dia juga banyak membantu saya dalam urusan skripsi dari hal terkecil hingga hal yang menyulitkan. Jadi yaudah aku menambahk

Ber-DIALOOG bersama Teman Hidup Traveloka!

    Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan, tanpa disangka-sangka terjadi saat di masa lampau. Masih terekam jelas kondisi awal Covid-19 menyerbu dunia, membuat kehidupan seolah-olah lumpuh. Kondisi yang membuat orang-orang untuk mau - nggak mau lebih banyak bertahan dan tinggal di rumah atau di suatu tempat saja dengan membatasi mobilitas.      Kondisi tersebut tanpa disadari membuat tren staycation semakin meningkat di masa seperti ini. Staycation berasal dari penggabungan dua kata, stay (tinggal) dan vacation (liburan). Menurut Cambridge Dictionary , staycation adalah liburan yang dilakukan di rumah atau di dekat rumah tanpa pergi atau melakukan perjalanan ke tempat lain.      Staycation biasanya dilakukan dengan menikmati waktu liburan dengan menginap di hotel berbintang yang kondisinya dianggap lebih nyaman daripada di rumah, biasanya di hotel dengan minimal bintang empat atau lima. Cara ini dianggap ampuh untuk menghilangkan stress atau penat dari rutinitas setiap hari deng

Menuju Operasi Amandel (Tonsilitis)

Ada orang yang bilang kalau mau sakit yang enak yaudah sakit amandel aja, abis operasi bisa enak makan es krim yang banyak. Nah awalnya jauh sebelum detik-detik operasi amandel juga kepikiran begitu. Wah asyik dong bisa makan es krim yang banyak. Saya senang banget makan es krim karena saya tau saya saat itu nggak bisa bebas makan es krim. Kalau kebanyakan makan minum yang dingin begitu biasanya langsung demam. Tapi setelah saya menjalani operasi tonsilitis alias amandel, wah buang-buang jauh deh pemikiran abis operasi enak bisa makan es krim. Karena apa? Boro-boro makan es krim yang lembut itu enak, mau nelan air liur aja sakit coooy. Jadi sekarang kalau ada yang bilang sakit amandel itu enak, saya bakalan nyinyir. Iya dia belum ngerasain, lah saya yang ngerasain, yang tahu sakitnya kayak apa hahaha. Oke kali ini mau bagi-bagi cerita tentang pengalaman operasi amandel yang lalu. Tapi kayaknya udah basi banget ya? Secara operasinya udah bulan Agustus lalu, tapi karena udah janji ya