Hai, apa kabar kamu?
Bahkan sekarang aku nggak tau kabar kamu. Dulu kita pernah sibuk untuk saling memberikan kabar.
Kamu di mana? Kamu lagi apa? Kamu udah makan? Mungkin template pertanyaan yang pasti ada dalam percakapan kita. Kamu masih ingat? Kalau kamu sudah lupa, bolehkah aku mengingatkanmu walau hanya sedikit?
Kamu tau jikalau ada rindu yang membuncah di dalam dada yang bahkan tidak bisa tersampaikan, aku selalu memilih untuk membaca percakapan lama kita. Mengesampingkan perdebatan dan pertikaian kita yang tak pernah selesai. Membaca kembali percakapan lama kita membuatku sedikit terhibur. Entah bahkan aku sering tertawa sekaligus menangis.
Kalau kamu sering mempertanyakan apakah aku sering merindukanmu atau tidak. Haruskah aku jawab sekarang ketika semua keadaan telah berubah? Jikalau aku lebih membiarkan memenangkan egoku untuk menyembunyikan rinduku saat itu.
Apakah kamu tau semua ingatan tentangmu masih tersimpan rapi di otakku. Bagaimana jahilnya kamu, isengnya aku, dan noraknya kita dalam bercakap. Bolehkah aku mengingatnya satu persatu?
Aku masih ingat persis betapa seriusnya kamu minta maaf karna kamu ga bisa bbm-an saat kita di awal pacaran. Meminta maaf karna harus terpaksa menggunakan SMS saat berkomunikasi denganmu. Hei asal kamu tau, aku tak pernah mempersalahkannya. Aku sudah sangat senang berkomunikasi denganmu lewat apapun itu.
Masih jelas teringat betapa baiknya kamu menyodorkan tangan untuk aku remas. "Nggak apa-apa remas aja tanganku kalau itu bisa mengurangi rasa sakit di perut kamu." Kalimat luar biasa yang muncul saat aku dilanda sakit perut yang luar biasa pula saat periode bulanan.
Betapa mengalahnya kamu membiarkan aku selalu memilih mau makan apa. Bahkan seingat aku hanya beberapa kali saja kamu minta kita makan sesuatu yang kamu ingingkan. Nggak seperti aku yang lebih sering mengajak kamu makan makanan yang aku idamkan. Kamu selalu menerima kalau aku ajak makan makanan pedas padahal kamu terkadang tidak begitu ingin.
Kamu yang tak pernah menolak untuk aku ajak makan murah dan sederhana di tengah sanguku yang terbatas. Padahal aku tau terkadang itu bukan menjadi seleramu.
Satu-satunya orang yang mengajak aku menonton film horor dan aku hanya mau diajak kamu. Pernah rasanya aku ingin menarik keluar kamu di tengah-tengah film yang sedang diputar di bioskop.
Kamu sering sekali mengirimkan gambar barang apa yang ingin kamu beli dan meminta saranku untuk memilihkan. Bahkan sering sekali kamu mengiyakan saran-saranku. Padahal aku jarang melakukannya.
Yang selalu mau aku ajak untuk mencicipi makanan di berbagai tempat makan. Bahkan kamu lebih sering memilih mencoba makan "makanan enak dan mahal" (versi kita tentunya) hanya dengan aku. Masih aku ingat sekali dengan kalimatmu "Yang aku tuh lebih suka nyobain makanan-makanan baru di luar itu sama kamu. Sayang rasanya kalau nggak sama kamu." Betapa bahagia dan tersanjungnya aku mendengar kamu mengucapkan itu.
Kamu masih ingat kita punya catatan khusus tempat makan mana saja yang akan kita datangi? Masihkah itu tersimpan di ponselmu?
Kita sama-sama mengagumi Jogja dan selalu suka untuk kembali ke Jogja. Setiap anniversary, kau selalu menawarkanku untuk berkunjung ke Jogja. Kamu yang suka sekali makan Bakso Uleg di Jogja, padahal aku bisa makan bakso itu saat aku pulang ke rumah. Aku tetap menerimanya kok asalkan aku bersama kamu. Seringkali kita kembali ke Solo saat hujan turun. Rasa-rasanya aku tak tega melihat kamu berjuang melawan hujan badai yang membuat kamu kemudian jatuh sakit.
Kamu yang selalu minta maaf kalau saat malam Minggu datang, tetapi kamu tidak bisa keluar denganku. Padahal kita tau kita saling tidak suka keramaian dan kemacetan. Jadi kita lebih memilih berkencan di hari selain Sabtu malam. Kamu ingat?
Kamu yang kalau mengantarkanku pulang ke kos lebih sering menungguku di bawah hingga aku sudah berada di lantai 2 sampai aku melambaikan tangan untuk berpisah. Terlebih di malam hari kamu tau kalau aku takut melewati tangga.
Kamu yang selalu siap menemani aku saat hanya aku saja yang berada di Kos. Kamu akan selalu siap untuk mengajakku pergi saat kamu juga di Solo.
Bahkan kamu juga yang selalu mengantarkan dan menemani aku jikalau aku harus ke Rumah Sakit. Kamu tau aku takut untuk berobat ke dokter.
Kamu yang langsung datang seketika aku telepon bercerita kalau motorku mogok nggak bisa di-starter tangan. Karna kamu tau aku nggak mampu men-starter motor matic ku menggunakan kaki.
Kamu yang sering mengajakku untuk jogging demi sehatnya tubuhku yang sudah mulai menggendut. Tapi kamu yang nggak pernah protes dengan berat badanku.
Kamu yang siap sedia untuk mengantarkanku kemana saja tapi aku yang lebih sering merasa sungkan karna harus merepotkanmu. Aku nggak ingin kamu merasa lelah atau bosan. Bahkan kamu yang rela meletihkann dirimu untuk bisa mengurangi beban perjalananku pulang kampung.
Sejujurnya aku tak pernah melarangmu untuk main futsal. Aku senang jikalau kamu berolahraga. Tetapi kamu memang terkadang perlu diingatkan untuk tidak bermain secara berlebihan. Aku khawatir jika kamu kelelahan dan kemudian menjadi sakit. Aku takut kalau kamu cedera seperti yang pernah kamu ceritakan saat kamu belum bersamaku. Aku takut jikalau kamu sudah mengeluh kakimu sakit, melihat histori cederamu dulu.
Aku senang melihatmu bermain tenis. Karna semenjak kamu kuliah, kamu tidak pernah bermain tenis di Solo. Padahal dulu saat di bangku sekolah kamu adalah seorang atlet tenis. Aku senang melihatmu di lapangan tenis untuk mengajari teman-teman bermain tenis walaupun aku tau bukan itu yang kamu inginkan. Tapi setidaknya menyenangkan melihatmu berada di lapangan tenis.
Aku senang melihatmu bermain tenis. Karna semenjak kamu kuliah, kamu tidak pernah bermain tenis di Solo. Padahal dulu saat di bangku sekolah kamu adalah seorang atlet tenis. Aku senang melihatmu di lapangan tenis untuk mengajari teman-teman bermain tenis walaupun aku tau bukan itu yang kamu inginkan. Tapi setidaknya menyenangkan melihatmu berada di lapangan tenis.
Aku senang kamu yang mengingatkan aku sholat. Aku senang saat melihatmu sholat dan menengadahkan tangan kepada Illahi. Bahkan aku berharap kamu menyelipkan namaku di dalam doamu.
Hanya kamu yang mampu mengerti candaan-candaan garing ala aku. Dan kamu mau meladeni semua candaanku yang tidak bermutu. Berbicara aneh di dalam WhatsApp dan kamu mau menanggapinya. Memaklumi dan menanggapi teriakan-teriakan aneh yang keluar dari mulutku.
Kamu masih ingat kita sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol selepas kita keluar berkencan di depan Kosku yang lama atau yang terbaru saat itu. Bahkan kita tidak menyadari jikalau waktu sudah bergulir begitu lama. Entah itu pembahasan yang berbobot atau hanya sekadar hal remeh temeh. Karna kita tau kita tidak punya waktu banyak di luar sana. Begitu banyak yang tidak suka melihat kita berdua sehingga kita memilih untuk mengurangi interaksi kita di depan mereka.
Aku tau begitu sulit kamu membagi waktu untuk bisa bersama aku. Aku tau apa yang harus kau hadapi jika ingin bersama aku. Maafkan aku karna kehadiranku membuatmu sulit di depan mereka. Maafkan aku karna mereka tidak menyukaiku.
Kamu yang akan selalu meminjamkan bahumu saat aku menangis merasa tidak mampu merasakan intimidasi mereka. Terkadang aku ingin memilih mundur tetapi aku menyayangi kamu.
Hal-hal yang sulit yang harus kita hadapi di awal kita berhubungan hingga kita menangis bersama. Tapi sikap kamu yang selalu menguatkan aku untuk bertahan di sampingmu. Padahal kamu tau itu sangat sulit buatku.
Kamu rela mengantarkanku ke sana kemari saat aku diwisuda. Mengantarkanku ke tempat teman kita yang jauh, menemaniku mencari ini itu, membawakan bingkisan teman-teman, bahkan aku minta untuk mengambilkan kunci kamar di tas yang tertinggal di mobil teman kita. Padahal sangat jelas tergambar kelelahan di raut wajahmu, tapi kamu masih mau melakukannya.
Kamu yang sabar dan selalu langsung menghiburku saat aku ngambek. Aku yang sering bete ketika kamu telat menjemputku, padahal saat aku menjemputmu pun kamu lebih sering menunggu lama hingga aku datang.
Aku bahagia ketika mendengarmu membuat pengakuan jikalau kamu menyukai sayur terong karena melihat aku yang sering memesan terong di Warung SS. Aku senang sekali mendengarnya.
Kamu yang sangat bisa diandalkan saat aku butuh bantuanmu. Malam-malam datang membawakan makanan saat mag melanda pencernaanku. Yang akan selalu datang di pagi hari untuk membawakan makanan dan obat saat aku bilang aku sakit. Bahkan aku masih ingat bagaimana senangnya aku saat pertama kali kamu membelai rambutku sambil mendoakanku cepat sembuh.
Kamu yang bisa tahan saat aku menggodamu dengan masa lalumu. Aku salut dengan kesabaranmu menghadapiku yang sedang dibakar api cemburu. Aku yang hingga saat ini belum tau kecemburuanmu kepada aku itu seperti apa. Karena kamu bisa mengolah emosi dan perasaanmu dengan baik. Atau mungkin kamu yang memang tidak pernah merasa cemburu.
Aku yang selalu senang jikalau kamu lebih cepat menanggapi pesan dariku. Bahkan ketika kamu memegang HP kamu akan langsung cepat membalas seketika pesanku masuk. Kamu yang tidak risih untuk selalu memberikan kabar kepadaku. Tidak seperti lelaki-lelaki yang sering tidak suka memberikan kabar kepada kekasihnya. Aku senang sekali mengetahui kamu tidak risih untuk selalu berkomunikasi denganku, tidak seperti cowok-cowok lain yang cuek. Di sela-sela kesibukanmu, kamu masih rajin berkomunikasi denganku. Kamu akan selalu menjaga kita untuk terus berkomunikasi jikalau waktu memungkinkan. Kita lebih sering terputus komunikasi di saat kita sedang sangat sibuk atau tidur.
Aku senang mendengar suara kamu yang sedang meracau saat aku telepon di pagi hari.
Kamu yang sangat terbuka dengan HP mu. Kamu sering memintaku untuk membuka pesan yang masuk sekalipun itu dari siapa. Hal itu membuat aku yakin kalau kamu tidak melakukan hal yang aneh. Hanya terkadang kamu lebih menyarankan aku untuk tidak membuka grup chatting bersama teman-teman lelakimu karena isinya yang rusuh.
Mungkin kamu tau aku pernah mengecek isi HP mu, padahal kamu begitu terbuka dengan isi HP mu itu.
Kamu yang tidak protes dengan pesan yang tidak aku balas karena aku tertidur. Kamu yang tidak marah jika aku tinggal tidur. Mungkin hanya sesekali kamu ngambek aku tinggal tidur. Tapi itu wajar jika mengingat aku yang jarang sekali berpamitan untuk tidur terlebih dahulu.
Aku masih ingat kekonyolan kita bergantian memainkan Ninja Fruit di ponselmu atau berlomba-lomba mendapatkan poin tertinggi. Kita layaknya anak kecil yang sedang berkompetisi.
Hal kecil yang kamu lakukan bahkan menunjukkan kalau kamu peduli sama aku. Kamu buka HP aku, kamu rajin membersihkan memori HP aku. Kamu nggak pengen aku pakai HP yang lemot, kamu tau aku nggak sabar melakukan hal-hal kecil seperti itu. Hal-hal kecil yang sering terabaikan oleh ku.
Aku masih ingat kekonyolan kita bergantian memainkan Ninja Fruit di ponselmu atau berlomba-lomba mendapatkan poin tertinggi. Kita layaknya anak kecil yang sedang berkompetisi.
Hal kecil yang kamu lakukan bahkan menunjukkan kalau kamu peduli sama aku. Kamu buka HP aku, kamu rajin membersihkan memori HP aku. Kamu nggak pengen aku pakai HP yang lemot, kamu tau aku nggak sabar melakukan hal-hal kecil seperti itu. Hal-hal kecil yang sering terabaikan oleh ku.
Kamu yang tidak pernah lupa dengan tanggal milik kita. Kamu yang pelupa malah lebih sering ingat akan tanggal itu daripada aku.
Dan kamu yang selalu mengucapkan perasaan cinta di setiap malam kita mengakhiri pesan kita ataupun mengakhiri panggilan telepon kita.
Betapa baiknya kamu menjaga dan memperlakukan aku. Sehingga itulah yang membuatku untuk sering membaca kembali percakapan kita saat aku merindukanmu. Dulu ketika kita masih bersamapun aku sering melakukannya, membaca ulang percakapan-percakapan kita. Aku bisa tertawa sendiri membacanya. Dulu aku tidak pernah mau membaca percakapam kita yang sedang bertikai. Pasti akan selalu aku skip jika melewati percakapan itu. Tetapi saat ini percakapan kita saat bertikai dulu masih mending aku baca daripada aku harus membaca permintaan pisahmu dan pertikaian kita setelah hal itu. Bahkan hingga detik ini aku masih harus menangis saat membaca percakapan-percakapan kita di saat momen kita berpisah. Ingin rasanya aku hapus semua pesan itu, melupakannya, berpura-pura tidak pernah terjadi apa-apa, dan mengirimimu pesan layaknya kita masih bersama. Bolehkah aku melakukannya?
Terimakasih karna kau telah memperlakukanku begitu baik. Bahkan aku tidak tau apakah aku akan menemukan sosokmu yang terlalu baik ini di dalam diri orang lain. Mungkin kamu yang terlalu baik untuk aku. Terimakasih telah menjadi bagian pertamaku yang sangat baik. Iya, Kamu memperlakukan ku sangat baik di hubungan spesial pertamaku dengan lelaki.
Terimakasih untuk kesabaranmu dalam tiga tahun kita bersama. Dulu aku sangat berharap hubungan kita akan bertahan panjang hingga janji suci terucap olehmu. Aku memang sangat berharap memiliki hubungan yang bertahan lama bertahun-tahun seperti yang selalu aku impikan. Iya aku memang tidak pernah bercerita jika aku ingin memiliki hubungan yang bisa bertahan lama. Karna aku ingin menjadikanmu yang pertama dan terakhir di hidupku. Tapi mungkin takdir berkata lain. Hingga kita akhirnya seperti ini.
Aku tau kamu tidak akan membaca semua yang aku tuliskan ini karna aku yakin kamu pasti benar-benar sudah melupakanku. Tapi aku berdoa agar kamu bisa membaca tulisanku kali ini. Semoga kamu membacanya.
I miss you, I mis how you treat me well bapak tigamaret!
Maafkan aku yang masih belum bisa...
Semoga akan ada jalan yang dapat membawamu untuk berkunjung ke sini. Semoga kau membaca ini, bapak tigamaret! :)
Comments
Post a Comment