Skip to main content

Membongkar

Akhir-akhir ini aku sering ditunjuk untuk membawakan acara. Berawal dari saat masa induksi, ada beberapa fasilitator yang meminta kami untuk memperkenalkan diri satu per satu. Jadi setiap pegawai memperkenalkan diri menggunakan microphone. Hingga suatu saat ada yang menyadari dan nyeletuk ke aku, "Kak, suara kakak bagus kayak penyiar". Waduh bisa gawat nih pikirku. Dari situlah, anak-anak lain dipengaruhi dengan cerita simpang siur itu, hahaha. Awalnya hanya membawakan acara untuk kalangan internal angkatan sendiri saja, eh malah sekarang kalau ada acara, banyak yang menyebutkan nama aku. Bahkan ada tim marketing-nya yang mempromosikan aku.

Nggak banyak yang tau memang kalau dulu aku pernah siaran, lebih tepatnya sih belajar siaran. Waktu SMA, aku pernah ikut audisi (Bukan Indonesian Idol) menjadi penyiar di salah satu radio favorit anak muda di tempat aku tinggal. Namun sayangnya waktu itu aku gagal. Suatu hari, teman aku cerita kalau radio tempatnya siaran sedang mencari penyiar dan dia memberikan kertas formulirnya itu ke aku. Oke, aku bilang Ibu dan Ibu setuju, aku daftar. Eh iseng nyoba, aku keterima. Banyak yang heran kok bisa aku yang pendiam jadi penyiar? Sebenarnya aku bukan anak yang pendiam kalau sudah lama kenal. Dan dari situlah aku belajar siaran. Siaran dari yang salah-salah ngomong, gugup, blepotan nggak tau mau ngomong apa, sampai sedikit demi sedikit bisa lancar ngomong. Karena sesuatu hal masalah internal, aku pernah mau berniat mundur jadi penyiar, apalagi waktu itu juga jarak rumahku dan Studio Radio-nya cukup jauh. Tapi Ibu melarang, ini bisa jadi modal belajar yang bisa digunakan saat aku kuliah Ilmu Komunikasi. Dan memang aku sudah berencana ambil jurusan tsb.

Aku bercita-cita kuliah Ilmu Komunikasi karena aku ingin jadi seorang news anchor. Terinspirasi dari drama Jepang yang bercerita tentang lika-liku menjadi seorang pembaca berita, jadi aku suka dan ingin seperti itu. Sebenarnya cita-cita masa kecil itu pengen jadi artis, tapi artis yang sedikit berintelek dan aku menganggap news anchor itu seorang yang cerdas dan komunikatif. Alhamdulillah terwujud bisa kuliah di Ilmu Komunikasi. Jurusan kuliah yang sudah aku idamkan semenjak SD hahaha.

Tapi semakin sering kuliah (hahahaha), aku semakin nggak ingin jadi news anchor. Susah cuy, dan juga berat. Banyak hal yang jadi pertimbangan. Menjadi seorang jurnalis/reporter itu cukup sulit. Bahkan untuk saat ini aku sedikit demi sedikit tau karena harus menghadapinya dengan nyata. Nggak semua jurnalis/reporter itu baik atau bahkan buruk. Itu sih pilihan mau menjadi jurnalis yang baik dan benar. Jurnalis yang benar memang cukup sulit untuk terus memegang teguh prinsipnya. Dan bahkan banyak jurnalis yang berstatus abal-abal. Di sini aku menemuinya. Benar-benar nyata. Memang nggak adil kalau men-generalisasi-kan semua jurnalis menjadi satu macam. Itu tergantung pribadi masing-masing (mungkin bisa dibuat bagian khusus tentang selama ini menghadapi wartawan seperti apa ya, hahaha).

Kembali dari status tugas baru: membawakan acara. Aku tau sebenarnya suaraku hanya tipuan semata. Semua orang bisa melakukannya, atau mungkin ini kelebihan ya, aku masih belum menyadarinya. Teman aku pernah bilang "Mbak memang suara kamu beda sama yang lainnya, suara kamu khas dan kamu nggak medok juga". Ada yang bilang juga "Iya suara Sassa enak didengar," "Suara Sassa itu ngangenin," hahaha ada-ada aja orang-orang itu. Aku tentunya bersyukur jika ada yang memuji suara aku bagus. Kemarin bahkan ada yang bilang "Bagusnya aku kalau aku lagi blank, aku tetap kelihatan tenang." Kalau ini sih memang aku siasati dengan tersenyum, aku masih ingat guru tariku saat SD pernah meminta murid-muridnya untuk tersenyum saat perform di depan khalayak, karena itu berarti menyebarkan kebahagiaan dan menghormati mereka. Jadi jangan heran kalau aku sering senyum kalau sedang nge-MC ataupun menari, sudah terbiasa diatur begitu. 

Tapi sesungguhnya suara aku akan terdengar bagus jika menggunakan alat bantu seperti microphone, alat perekam yang lainnya. Kalau tidak menggunakan itu, suaraku cempreng dan sengau, seperti orang yang pilek, mungkin karena pengaruh hidungku-alergi-sinusitis. Bahkan aku nggak suka dengan suaraku sendiri jika sedang mengobrol, suaraku terlalu berat nggak enak didengarkan hahaha.

Sejauh ini aku sih menikmati, kalau diminta untuk membawakan acara biasanya aku tidak menolak kecuali waktu itu aku sedang sakit, suara sedang serak karena flu. Banyak yang berpesan kepada aku, untuk mengambil tugas itu saja untuk bisa berlatih terus-menerus. Siapa tau ini bisa jadi alternatif job aku selain kerja di sini hahaha. Aku akan mencoba setiap kesempatan dan amanat yang diberikan kepada aku. Salah satu keuntungan dari membawakan acara adalah bisa ikut acara-acara penting kantor terlebih lagi aku masih anak baru dan cepat kenal dengan pegawai-pegawai senior lainnya. Bahkan pengalaman menarik lainnya adalah aku berkesempatan untuk nge-MC di depan 5.000 orang. Wow nggak nyangka yaaaaa

Sampai sekarang sih, aku masih pengen siaran di radio. Tapi aku takut nggak bisa membagi waktu. Aku pulang kantor saja bisa jam 20.30, di hari libur saja terkadang kerja. Tapi masih pengen banget siaran hahaha.

Comments

Popular posts from this blog

Menuju Operasi Amandel (Tonsilitis)

Ada orang yang bilang kalau mau sakit yang enak yaudah sakit amandel aja, abis operasi bisa enak makan es krim yang banyak. Nah awalnya jauh sebelum detik-detik operasi amandel juga kepikiran begitu. Wah asyik dong bisa makan es krim yang banyak. Saya senang banget makan es krim karena saya tau saya saat itu nggak bisa bebas makan es krim. Kalau kebanyakan makan minum yang dingin begitu biasanya langsung demam. Tapi setelah saya menjalani operasi tonsilitis alias amandel, wah buang-buang jauh deh pemikiran abis operasi enak bisa makan es krim. Karena apa? Boro-boro makan es krim yang lembut itu enak, mau nelan air liur aja sakit coooy. Jadi sekarang kalau ada yang bilang sakit amandel itu enak, saya bakalan nyinyir. Iya dia belum ngerasain, lah saya yang ngerasain, yang tahu sakitnya kayak apa hahaha. Oke kali ini mau bagi-bagi cerita tentang pengalaman operasi amandel yang lalu. Tapi kayaknya udah basi banget ya? Secara operasinya udah bulan Agustus lalu, tapi karena udah janji ya

Nasihat Papa tentang Om Thomas

Kata Papa, bahkan bila terbakar hangus seluruh keluarga kita, jangan pernah berhenti peduli. Walaupun terfitnah kejam keluarga kita, hingga rasanya sakit menembus relung hati, jangan pernah berhenti berbuat baik. Anak-anakku jadilah orang-orang yang berdiri gagah di depan, membela kebenaran dan keadilan. Jadilah orang-orang yang berdiri perkasa di depan, membantu orang-orang lemah dan dilemahkan. Atau jika tidak, berdirilah di belakang orang-orang yang melakukannya, dukung mereka sekuat tenaga. Maka, seluruh kesedihan akan diangkat dari hati, seluruh beban akan terasa ringan. Karena akan tiba masanya orang-orang terbaik datang, yang bahu-membahu menolong dalam kebaikan. Akan tiba masanya orang-orang dengan kehormatan hadir, yang memilih jalan suci penuh kemuliaan. Percayalah, Dan jangan pernah berhenti percaya, meski tidak ada lagi di depan, belakang, kiri-kananmu yang tetap percaya. Tere Liye (dalam "Negeri di Ujung Tanduk")

Mitos Dibalik Halaman Persembahan Skripsi

Dulu teman saya pernah bilang hati-hati kalau menuliskan nama pacar di halaman persembahan skripsi. Konon katanya, biasanya yang menuliskan nama kekasih di halaman tersebut kebanyakan hubungannya tidak bertahan lama alias rentan berakhir. Karena sudah banyak contoh yang kejadian. Bahkan teman saya menyebutkan beberapa nama kakak tingkat yang di halaman skripsinya menyebutkan nama kekasihnya dan berakhir putus. Karena omongam teman saya itu, saya sempat maju mundur untuk menyebutkan nama dia di halaman persembahan skripsi saya. Awalnya saya hanya menyebutkan ucapan terimakasih untuk Bapak Ibu dan kedua kakak saya. Karena memang masih terpengaruh oleh perkataan teman saya. Tapi setelah terus berpikir, saya kok tega-teganya nggak menuliskan nama dia ya. Sedangkan peran dia dalam kehidupan saya saat itu memang cukup besar. Hari-hari saya diwarnai oleh dia, bahkan dia juga banyak membantu saya dalam urusan skripsi dari hal terkecil hingga hal yang menyulitkan. Jadi yaudah aku menambahk