Skip to main content

Cetaphil Gentle Skin Cleanser


Ini review produk pertama yang aku tulis, sebenarnya mau bikin di blog lain tapi satu blog aja ga keurus, kok mau nulis di blog lain. Lagian blog ini udah pakai nama aku sendiri, jadi mubadzir kalau ga dioptimalkan.

Kulit aku itu tipenya acne prone, jadi memang harus hati-hati untuk pakai suatu produk. Cleanser ini semacam pembersih wajah yang menjadi suatu barang wajib untuk aku gunakan sehari-hari.

Sudah beberapa produk cleanser atau facial wash yang aku coba, ada yang cocok, ada juga yang enggak. Tapi semenjak aku menemukan Cetaphil Gentle Skin Cleanser ini, aku jatuh cinta banget sama produk yang satu ini. Sangat cinta, melebihi cintaku padamu, aiiih.

Pertama tau produk ini dari berbagai macam beauty blogger maupun vlogger yang review cleanser satu ini, dan review-nya juga kebanyakan bilang ini produk bagus. Awalnya sih ragu-ragu mau nyoba, takut ga cocok dan takut jadi bruntusan juga.

Karena sebelum pakai Cetaphil ini, aku juga sudah menemukan facial wash yang cucok di kulit wajah aku, yakni Tea Tree Skin Clearing Facial Wash dari The Body Shop. Jadi takut kalau ganti ke Cetaphil malah jadi nggak cocok.

Tapi nekat ajalah, akhirnya beli Cetaphil. Kalau nggak salah, Cetaphil ada 2 jenis, dan aku milih yang ini, Gentle Skin Cleanser yang disclaim-nya untuk segala macam tipe kulit wajah.

Awal nyobain memang rasanya aneh, Cetaphil ini nggak banyak busanya, hampir nggak ada. Warnanya transparan, dan nggak ada baunya. Aku suka pembersih wajah yang wanginya nggak kentara atau bahkan nggak ada wanginya. Dibasuhkan ke wajah, lembut banget. Setelah dibilas dengan air, wah kulit rasanya ringan, lembut, dan nggak kaku ketarik gitu layaknya kalau abis cuci muka pakai sabun-sabun yang lain, termasuk pakai The Body Shop juga bikin kulit wajah ketarik.

Aaaah pokoknya jatuh cinta banget sama Cetaphil, hampir dua tahun aku pakai Cetaphil ini. Bahkan sempat selingkuh, nyobain produk lain gara-gara rayuan manis mbak-mbak Drugstore. Ditawarin Corine de Farme, dengan harga yang hampir sama tapi isinya jauh lebih banyak. Tapi awalnya sih udah bad feeling sih, karena sabunnya bentuk foam dan wangi banget. Tapi sayang aku nggak suka wanginya.

Karena kalau aku baca-baca, untuk jenis kulit acne prone, facial wash yang bentuknya foam dan mengandung wewangian memang nggak cocok. Ya langsung beberapa bulan semenjak pemakaian Corine de Farme itu muka ku bruntusan. Dan tepat banget saat aku operasi amandel. Jadi antara dugaan kulit wajah yang nggak sempat dirawat apa karena nyobain produk baru ya?

Untuk harga sih antara Cetaphil, Tea Tree Facial Wash The Body Shop, maupun Corine de Farme memang hampir sama. Sedikit pricey sih apalagi untuk para pemilik wajah yang kalau cuci muka cocok pakai produk yang ada di pasaran. Sumpah aku iri banget sama orang yang sabun wajahnya murah, seperti kakak laki-laki saya. Aku pernah nyobain sabun wajah dia (sabun wajah untuk cewek), eh nggak cocok.

Harga Cetaphil tergantung ukuran sih, sekitar Rp 125.000 - 200.000an sih kalau nggak salah. Cetaphil juga bisa ditemukan di drugstore seperti Guardian, Watson, atau Century, sekarang bahkan udah banyak yang jual online.

Aku pokoknya jatuh cinta banget sama Cetaphil, walau sekarang memang lagi nggak pakai Cetaphil karena lagi pakai serangkaian perawatan. Tapi karena stok Cetaphil masih ada, kalau facial wash yang satu abis, aku pakai Cetaphil aja. Dan alhamdulillah nggak kenapa-kenapa.

Saking jatuh cintanya sama ini produk, aku mau merekomendasikan cleanser ini ke anak-anak ku kalau udah puber nanti. Semoga Cetaphil masih diproduksi ya. Karena Cetaphil cocok digunakan untuk siapa saja, dari umur berapapun. Ini juga bisa digunakan sebagai sabun mandi terutama bagi si pemilik kulit sensitif.

Karena biasanya anak remaja suka bingung mau pakai facial wash apa di saat kulitnya mulai berubah, pengalaman banget ya. Aku mau mengarahkan anak-anak aku pakai ini. Bahkan biar bisa dipakai sekeluarga, (calon) suami aku juga aku minta pakai Cetaphil aja kali ya!! :)

Comments

Popular posts from this blog

Mitos Dibalik Halaman Persembahan Skripsi

Dulu teman saya pernah bilang hati-hati kalau menuliskan nama pacar di halaman persembahan skripsi. Konon katanya, biasanya yang menuliskan nama kekasih di halaman tersebut kebanyakan hubungannya tidak bertahan lama alias rentan berakhir. Karena sudah banyak contoh yang kejadian. Bahkan teman saya menyebutkan beberapa nama kakak tingkat yang di halaman skripsinya menyebutkan nama kekasihnya dan berakhir putus. Karena omongam teman saya itu, saya sempat maju mundur untuk menyebutkan nama dia di halaman persembahan skripsi saya. Awalnya saya hanya menyebutkan ucapan terimakasih untuk Bapak Ibu dan kedua kakak saya. Karena memang masih terpengaruh oleh perkataan teman saya. Tapi setelah terus berpikir, saya kok tega-teganya nggak menuliskan nama dia ya. Sedangkan peran dia dalam kehidupan saya saat itu memang cukup besar. Hari-hari saya diwarnai oleh dia, bahkan dia juga banyak membantu saya dalam urusan skripsi dari hal terkecil hingga hal yang menyulitkan. Jadi yaudah aku menambahk

Ber-DIALOOG bersama Teman Hidup Traveloka!

    Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan, tanpa disangka-sangka terjadi saat di masa lampau. Masih terekam jelas kondisi awal Covid-19 menyerbu dunia, membuat kehidupan seolah-olah lumpuh. Kondisi yang membuat orang-orang untuk mau - nggak mau lebih banyak bertahan dan tinggal di rumah atau di suatu tempat saja dengan membatasi mobilitas.      Kondisi tersebut tanpa disadari membuat tren staycation semakin meningkat di masa seperti ini. Staycation berasal dari penggabungan dua kata, stay (tinggal) dan vacation (liburan). Menurut Cambridge Dictionary , staycation adalah liburan yang dilakukan di rumah atau di dekat rumah tanpa pergi atau melakukan perjalanan ke tempat lain.      Staycation biasanya dilakukan dengan menikmati waktu liburan dengan menginap di hotel berbintang yang kondisinya dianggap lebih nyaman daripada di rumah, biasanya di hotel dengan minimal bintang empat atau lima. Cara ini dianggap ampuh untuk menghilangkan stress atau penat dari rutinitas setiap hari deng

Menuju Operasi Amandel (Tonsilitis)

Ada orang yang bilang kalau mau sakit yang enak yaudah sakit amandel aja, abis operasi bisa enak makan es krim yang banyak. Nah awalnya jauh sebelum detik-detik operasi amandel juga kepikiran begitu. Wah asyik dong bisa makan es krim yang banyak. Saya senang banget makan es krim karena saya tau saya saat itu nggak bisa bebas makan es krim. Kalau kebanyakan makan minum yang dingin begitu biasanya langsung demam. Tapi setelah saya menjalani operasi tonsilitis alias amandel, wah buang-buang jauh deh pemikiran abis operasi enak bisa makan es krim. Karena apa? Boro-boro makan es krim yang lembut itu enak, mau nelan air liur aja sakit coooy. Jadi sekarang kalau ada yang bilang sakit amandel itu enak, saya bakalan nyinyir. Iya dia belum ngerasain, lah saya yang ngerasain, yang tahu sakitnya kayak apa hahaha. Oke kali ini mau bagi-bagi cerita tentang pengalaman operasi amandel yang lalu. Tapi kayaknya udah basi banget ya? Secara operasinya udah bulan Agustus lalu, tapi karena udah janji ya