Skip to main content

Belajar Bersyukur

KL Forest Ecopark, Malaysia


Dari segala perjalanan hidup yang aku lewati, alhamdulillah Allah mengantarkan aku pada kesadaran untuk selalu belajar bersyukur. Semua kebahagiaan, kepahitan, dan kehilangan membuat aku sadar bahwa ini alur kehidupan yang akan dirasakan oleh setiap umat manusia walaupun dengan cara yang berbeda.

Aku perempuan dengan usia 27 tahun saat ini. Di umur segini, teman-teman sebayaku udah banyak yang menikah, menjalani kehidupan rumah tangga, memiliki anak, dan ujian kehidupan yang lebih kompleks yang belum bisa dimengerti dengan perempuan single seperti aku.

Jujur, aku pernah di titik yang merasa galau dengan jodoh. Terlebih ketika aku merasakan patah hati sepatah-patahnya yang membuat aku berada di titik rendah. Selalu menggalau dengan kedatangan jodoh yang entah kapan akan datang. Tapi semenjak kepergian Bapak selama-lamanya, aku sadar bahwa hidup ini sudah diatur sedemikiam rupa oleh Allah. Kita hanya berikhtiar dan berdoa tanpa harus cemas. Karena kalau kita cemas, berarti menandakan bahwa kita nggak percaya dengan Allah.

Alhamdulillah, aku mulai belajar bersyukur dengan proses kehidupan yang aku rasakan walau kadang masih ada rasa penyesalan yang muncul, terutama tentang Bapak, bahwa aku udah ga bisa bertemu Bapak lagi. Aku pikir perasaan itu manusiawi.

Di luar itu, tentang keresahan tentang jodoh sudah benar-benar aku pasrahkan kepada Allah. Allah pasti tau yang terbaik untuk aku. Sehingga aku mulai menjalani hidup ini dengan lebih enjoy, bersyukur dengan semuanya. Di usia yang saat ini, alhamdulillah aku diberkahi dengan rezeki yang cukup untuk menghidupi semua kebutuhan hidup aku, bahkan membantu keluarga. Bersyukur bisa membeli barang-barang yang aku inginkan dengan uang tabungan sendiri, walaupun sekarang aku mulai belajar untuk memilih-memilah yang benar-benar diperlukan untuk diri sendiri. 

Bahkan seperti foto di atas, alhamdulillah aku punya pekerjaan yang bisa memberikan aku banyak hal dan pengalaman. Bisa membawa aku ke kota-kota yang nggak pernah aku pikirkan untuk ke sana, tentunya karena ada urusan pekerjaan. Bahkan pendapatan aku bisa membawa aku untuk menjelajahi beberapa negara, yang mungkin kalau dibayangkan saat aku sekolah dulu itu agak tidak mungkin. Aku udah pernah ke Singapura, Malaysia, dan Thailand, insyaAllah tahun depan bisa menjelajah negara-negara lain lagi. Oke, mungkin kalau dibandingkan dengan banyak orang itu akan jauh berbeda. Mungkin ini hal yang sepele, tapi aku bersyukur sekali bahwa Bapak dan Ibu menempa aku dengan kehidupan yang tidak selalu mudah, memberikan bekal untuk aku berjuang sehingga diberikan insyaAllah hidup yang lebih baik daripada mereka. Bahkan yang sampai saat ini aku andai-andaikan adalah seandainya masih ada Bapak, aku pengen membalas kerja keras Bapak untuk menghidupi aku, walaupun itu nggak akan pernah terbalas apapun. Aku pengen membawa Bapak liburan, ke luar negeri atau manapun. Mungkin kalau Bapak mau, membawa Bapak ke Jepang, bernostalgia dengan keadaan Jepang masa dulu yang sempat Bapak kunjungi. Sayangnya Bapak udah nggak ada.

Di titik ini juga, aku selalu berusaha untuk nggak membandingkan kehidupan aku dengan orang lain agar hidup lebih bahagia yang nggak tergantung dengan standar kehidupan orang lain. Selalu bersyukur memiliki waktu sendiri yang bisa dinikmati untuk liburan bersama teman-teman yang mungkin nggak bisa dinikmati kalau sudah menjadi seorang istri atau ibu, bersyukur berkah rezeki yang diberikan kepada aku yang alhamdulillah bisa membuat aku hidup lebih baik, membeli barang-barang yang aku inginkan dengan hasil kerja keras aku. Bersyukur atas kemudahan yang Allah berikan kepada aku.

Kehidupan akan lebih bahagia bila kita mau berpikir positif kepada Allah dan memasrahkan segalanya kepada Allah agar hati lebih lega. Dan selalu bersyukur, sehingga nikmat itu bisa kita rasakan banyak manfaatnya buat kita.

Comments

Popular posts from this blog

Menuju Operasi Amandel (Tonsilitis)

Ada orang yang bilang kalau mau sakit yang enak yaudah sakit amandel aja, abis operasi bisa enak makan es krim yang banyak. Nah awalnya jauh sebelum detik-detik operasi amandel juga kepikiran begitu. Wah asyik dong bisa makan es krim yang banyak. Saya senang banget makan es krim karena saya tau saya saat itu nggak bisa bebas makan es krim. Kalau kebanyakan makan minum yang dingin begitu biasanya langsung demam. Tapi setelah saya menjalani operasi tonsilitis alias amandel, wah buang-buang jauh deh pemikiran abis operasi enak bisa makan es krim. Karena apa? Boro-boro makan es krim yang lembut itu enak, mau nelan air liur aja sakit coooy. Jadi sekarang kalau ada yang bilang sakit amandel itu enak, saya bakalan nyinyir. Iya dia belum ngerasain, lah saya yang ngerasain, yang tahu sakitnya kayak apa hahaha. Oke kali ini mau bagi-bagi cerita tentang pengalaman operasi amandel yang lalu. Tapi kayaknya udah basi banget ya? Secara operasinya udah bulan Agustus lalu, tapi karena udah janji ya...

Ber-DIALOOG bersama Teman Hidup Traveloka!

    Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan, tanpa disangka-sangka terjadi saat di masa lampau. Masih terekam jelas kondisi awal Covid-19 menyerbu dunia, membuat kehidupan seolah-olah lumpuh. Kondisi yang membuat orang-orang untuk mau - nggak mau lebih banyak bertahan dan tinggal di rumah atau di suatu tempat saja dengan membatasi mobilitas.      Kondisi tersebut tanpa disadari membuat tren staycation semakin meningkat di masa seperti ini. Staycation berasal dari penggabungan dua kata, stay (tinggal) dan vacation (liburan). Menurut Cambridge Dictionary , staycation adalah liburan yang dilakukan di rumah atau di dekat rumah tanpa pergi atau melakukan perjalanan ke tempat lain.      Staycation biasanya dilakukan dengan menikmati waktu liburan dengan menginap di hotel berbintang yang kondisinya dianggap lebih nyaman daripada di rumah, biasanya di hotel dengan minimal bintang empat atau lima. Cara ini dianggap ampuh untuk menghilangkan stress ata...

Berproses Menjalani "Mindful Living"

  Semenjak jadi seorang "ibu", rasa haus akan belajar di diri aku alhamdulillah terus bertumbuh dan berkembang. Terimakasih Allah sudah membuka akal dan pikiran aku untuk terus memperbaiki diri dan lingkungan sekitarku. Alasan pertama tentu karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak.  Seinget aku kelas awal yang aku ambil dan intens aku ikuti adalah kelas menyusui, walaupun sebelumnya cuma belajar-belajar aja dari media sosial, bukan ambil kelas yang berbayar. Memang sebelum menikah juga pernah beberapa kali mengikuti kelas tapi nggak seintens sekarang-sekarang ini dan bikin ketagihan ternyata wkwkwkwk. Kelas lainnya seperti kelas menggendong, islamic parenting , dan lainnya dari yang berbayar sampai gratis. Karena sekarang punya anak aku lebih sering kelas rekaman aja karena bisa menyesuaikan dengan jadwal aku sendiri, aku bebas mengatur jadwal. Btw sekarang aku menyesal kenapa nggak dari dulu aku ambil kelas untuk belajar berbagai hal, tapi ini memang insyaAllah udah j...