Skip to main content

The Journals!

Jadi ceritanya aku punya resolusi dadakan, yaitu merekam kejadian sehari-hari yang aku alami. Sekarang lagi pengen menulis banyak hal, jadi semacam bikin diary gitu. Aku rasa aku butuh diary or journal or something like that. Fungsinya buat apa? Semacam bantuan untuk mengingatkan hal-hal apa yang terjadi di dalam kehidupan aku. Aku sadar kalau ingatan aku nggak bakalan bisa mengingat hal-hal detail sejernih mungkin. Mungkin iya bisa inget tapi nggak secara detail, misal: hari dan tanggal, kejadian detailnya. Nah jadi sekarang lagi pengen nulis diary, nggak hanya di blog aja tapi juga beneran nulis di buku gitu. Iya kayak berasa anak kecil yang baru kenal diary, hahaha itu sih pengalaman pribadi ya. Waktu SD aku sempat menulis-nulis diary gitu, dan diary-nya masih ada sampai sekarang. Tapi geli aja kalau dibaca sekarang, malu bin geli deh bacanya hahaha. Kebanyakan sih standar yang dituliskan ya apa-apa yang dialami sama anak SD pada masanya. Nulis tentang teman, cinta monyet, keluarga, dan aktivitas yang bersangkutan dengan sekolah.

Nah dari situ aku jadi menemukan keuntungan dari nulis diary or journal ya. Jadi bisa lebih mudah mengingat-ingat kembali memori atau gambaran apa yang terjadi di saat kejadian itu berlangsung. Ya jadi bantuan rekaman otak gitu deh. Karena aku sempat menyesal kenapa kemarin-kemarin saat masa SMA maupun kuliah, aku nggak nulis diary. Jadi momen-momen penting itu jadi terlewatkan begitu saja. Manfaat dari nulis ini juga bisa sebagai bahan koreksi diri, di bagian mana kita harus memperbaiki dan mengingatkan kita untuk nggak melakukan kesalahan yang sama biar nggak mendapatkan konsekuensi yang sama dari pilihan yang diambil.

Walaupun memang penulisan journal ini nggak bakalan bisa rutin setiap hari, mungkin cuma bisa nulis di hari-hari tertentu yang memang terjadi hal penting dan punya makna yang penting pula. Yuk kita mencoba buat menulis journal. Banyak banget manfaatnya kok, jadi seperti punya time machine juga loh! :)

Comments

Popular posts from this blog

Menuju Operasi Amandel (Tonsilitis)

Ada orang yang bilang kalau mau sakit yang enak yaudah sakit amandel aja, abis operasi bisa enak makan es krim yang banyak. Nah awalnya jauh sebelum detik-detik operasi amandel juga kepikiran begitu. Wah asyik dong bisa makan es krim yang banyak. Saya senang banget makan es krim karena saya tau saya saat itu nggak bisa bebas makan es krim. Kalau kebanyakan makan minum yang dingin begitu biasanya langsung demam. Tapi setelah saya menjalani operasi tonsilitis alias amandel, wah buang-buang jauh deh pemikiran abis operasi enak bisa makan es krim. Karena apa? Boro-boro makan es krim yang lembut itu enak, mau nelan air liur aja sakit coooy. Jadi sekarang kalau ada yang bilang sakit amandel itu enak, saya bakalan nyinyir. Iya dia belum ngerasain, lah saya yang ngerasain, yang tahu sakitnya kayak apa hahaha. Oke kali ini mau bagi-bagi cerita tentang pengalaman operasi amandel yang lalu. Tapi kayaknya udah basi banget ya? Secara operasinya udah bulan Agustus lalu, tapi karena udah janji ya

Nasihat Papa tentang Om Thomas

Kata Papa, bahkan bila terbakar hangus seluruh keluarga kita, jangan pernah berhenti peduli. Walaupun terfitnah kejam keluarga kita, hingga rasanya sakit menembus relung hati, jangan pernah berhenti berbuat baik. Anak-anakku jadilah orang-orang yang berdiri gagah di depan, membela kebenaran dan keadilan. Jadilah orang-orang yang berdiri perkasa di depan, membantu orang-orang lemah dan dilemahkan. Atau jika tidak, berdirilah di belakang orang-orang yang melakukannya, dukung mereka sekuat tenaga. Maka, seluruh kesedihan akan diangkat dari hati, seluruh beban akan terasa ringan. Karena akan tiba masanya orang-orang terbaik datang, yang bahu-membahu menolong dalam kebaikan. Akan tiba masanya orang-orang dengan kehormatan hadir, yang memilih jalan suci penuh kemuliaan. Percayalah, Dan jangan pernah berhenti percaya, meski tidak ada lagi di depan, belakang, kiri-kananmu yang tetap percaya. Tere Liye (dalam "Negeri di Ujung Tanduk")

Ber-DIALOOG bersama Teman Hidup Traveloka!

    Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan, tanpa disangka-sangka terjadi saat di masa lampau. Masih terekam jelas kondisi awal Covid-19 menyerbu dunia, membuat kehidupan seolah-olah lumpuh. Kondisi yang membuat orang-orang untuk mau - nggak mau lebih banyak bertahan dan tinggal di rumah atau di suatu tempat saja dengan membatasi mobilitas.      Kondisi tersebut tanpa disadari membuat tren staycation semakin meningkat di masa seperti ini. Staycation berasal dari penggabungan dua kata, stay (tinggal) dan vacation (liburan). Menurut Cambridge Dictionary , staycation adalah liburan yang dilakukan di rumah atau di dekat rumah tanpa pergi atau melakukan perjalanan ke tempat lain.      Staycation biasanya dilakukan dengan menikmati waktu liburan dengan menginap di hotel berbintang yang kondisinya dianggap lebih nyaman daripada di rumah, biasanya di hotel dengan minimal bintang empat atau lima. Cara ini dianggap ampuh untuk menghilangkan stress atau penat dari rutinitas setiap hari deng