Setiap bulannya biasanya kaum
perempuan kedatangan tamu yang menjadi suatu siklus rutin. Tamu yang datang ini
seringnya bikin para perempuan gelisah dan gundah gulana. Hampir sebagian perempuan
biasanya mengalami perubahan mood yang drastis (itu kenapa perempuan sering bete
kalau lagi menjelang ataupun saat datang bulan). Nah untuk saya sendiri,
tanda-tanda yang sedikit mengesalkan kalau tamu tersebut hendak datang antara
lain: nafsu makan super duper meningkat ga bisa dikontrol, pengen makan makanan
yang pedes banget, kadang muncul bete terus, sensitif banget (bawaannya pengen
nangis terus), ada beberapa bagian tubuh yang sakit, kram di bagian paha (nggak
tahu apakah banyak perempuan yang mengalaminya juga atau nggak), dan puncaknya
adalah sakit perut yang cukup luar biasa yang dirasakan saat sehari sebelum
atau hari pertama menstruasi.
Kalau sakit perut itu wajar
dirasakan oleh sebagian perempuan. Memang ada perempuan yang nggak merasakan
apa-apa saat datang bulan, seperti yang terjadi saat saya awal-awal menstruasi
yakni saat masih duduk di bangku SMP. Awalnya saya heran kenapa teman-teman
saya sering sakit perut karena memang saya nggak ngalaminya. Tapi lama-kelamaan
kok ikut-ikutan sakit perut. Waktu masih SMA, memang sudah mulai merasakan
sakit perut tapi nggak begitu sakit seperti saat ini. Tapi yang saya kadang
merasa heran – ini benar-benar terjadi pada diri saya – adalah saat saya belum
menyadari kalau tamu tersebut sudah datang, perut saya baik-baik saja. Baru setelah
tahu kalau datang bulan, sakit perutnya langsung melanda. Mungkin ada efek
sugesti juga kali ya. Tapi kalau kaum adam meragukan kesakitan kami, please jangan lakukan itu. Karena kalau
mau tahu rasanya itu sakit bangeeeet. Nggak bayangin kalau melahirkan kayak
gimana rasanya, katanya bisa berlipat-lipat dari mulesnya menstruasi. Yaudahlah daripada stress
mikir itu, jadi mendingan nggak usah dipikir dulu deh.
Ngomong-ngomong tentang datang
bulan. Kebutuhan yang diperlukan saat datang bulan adalah pembalut. Kalau yang ini
saya lebih cerita tentang pengalaman pribadi saya sendiri. Saya sendiri itu
tidak antusias menyambut datang bulan karena harus memakai pembalut saat itu. Rasanya
cukup mengganggu menurut saya, nggak bebas untuk bergerak-gerak. Apalagi timbul
rasa takut dan khawatir dengan pemberitaan mengenai bahan-bahan komposisi dari
pembalut ini. Awalnya memang saya bersikap cuek dan tetap menggunakan pembalut
biasa (karena ada pembalut herbal juga). Kenapa saya memilih menggunakan
pembalut biasa? Alasan klasik sih, pembalut yang katanya “herbal” itu lebih mahal
hahaha.
Namun sejujurnya dengan
ketidaknyamanan yang saya rasakan saat menggunakan pembalut ini, semakin
meresahkan hati saya. Karena sempat beberapa kali saya sering mengalami
ruam-ruam merah akibat dari gesekan bahan pembalut tsb. Ruam-ruam merah seperti
yang dialami bayi yang sering menggunakan popok. Bahkan hingga iritasi. Apalagi
terjadi di bulan Maret lalu kembali saya mengalami iritasi untuk kesekian
kalinya. Dan saya rasa yang ini iritasinya agak kebangetan, jadi beneran luka
di bagian paha (maaf saya bukan bermaksud untuk vulgar, cuma ingin berbagi
pengalaman). Karena memang sebelumnya kulit saya di sekitar daerah tersebut sedang
sangat sensitif. Nah dari kejadian tersebut saya udah merasa ogah-ogahan pakai
pembalut. Tapi mau gimana lagi karena memang lagi harus kesana-kemari jadi
nggak bisa ribet dikit, mau nggak mau harus sering pakai pembalut. Kalau cuma di
rumah aja pasti saya lebih memilih untuk nggak pakai pembalut, tembus sekalipun
nggak apa-apalah.
Jadi saya semakin gencar untuk
mencari jalan terbaik untuk masalah menstruasi ini. Memang sebelum kejadian
bulan Maret ini, saya sudah pernah mencari tahu tentang pembalut kain yang
katanya ramah untuk kulit dan lingkungan. Dulu belum mau mencoba karena
lagi-lagi dengan alasan harganya lebih mahal dari pembalut sekali pakai. Tapi demi
kebaikan kulit saya, akhirnya saya memberanikan untuk membeli dan mencobanya.
Akhirnya saya googling mengenai pembalut kain, dan banyak sekali muncul
hasilnya. Saya jadi tahu banyak sekali merk dari pembalut kain. Saya menemukan
beberapa review merk pembalut kain tsb. Jadi saya akhirnya mencari akun yang
menjual ini di instagram, dan menemukan akun yang cocok di hati yaitu @pembalutkain.
Kenapa memilih akun tsb? Karena pertama harganya yang kompetitif dengan merk
yang didagangkan dan yang utamanya lagi adalah kedekatan lokasi, yaitu di
Yogyakarta. Ohiya tulisan ini bukan sponsor ya, murni saya beli sendiri dan
nggak ada pemaksaan untuk membahasnya dari pemilik akun ya.
Dari masalah harga, memang terasa
mahal ya apalagi bagi kita yang terbiasa membeli pembalut sekali pakai, apalagi
pembalut yang biasa. Kalau pembalut biasa sih harganya berbeda-beda ya, range harganya bisa dari Rp 5.000 – Rp 20.000,
itu sudah bisa mendapatkan 5-20 pcs pembalut. Bahkan bisa dibilang lebih murah
pembalut herbal merk A***L yang mencapai harga Rp 30.000-an tapi bisa dapat
banyak dalam satu bungkusnya. Dengan harga segitu baru bisa mendapatkan 1 pcs
pembalut kain broooo, hahaha. Mahal? Iya terasa mahal banget. Tapi kalau mau
dipikir-pikir dan dihitung kembali, malah jauh lebih hemat menggunakan pembalut
kain. Karena pembalut kain ini sifatnya bisa dipakai kembali setelah dicuci
bersih. Cuma awalnya aja terasa berat karena harus mengeluarkan uang untuk
menyediakan beberapa buah pembalut kain. Tapi kalau sudah punya persediaan yang
cukup untuk digunakan satu minggu (tergantung durasi menstruasi), dijamin
jadinya murah karena tiap bulan nggak usah beli pembalut lagi.
Cluebebe Menstrual Pad |
Akun @pembalutkain ini menjual
pembalut dengan merk cluebebe dengan harga Rp 30.000/pcs
dengan ukuran 27 cm, sedangkan pembalut night
berukuran 34 cm dibanderol Rp 35.000/pcs. Tapi juga menyediakan paket murah
yaitu 1 day + 1 night seharga Rp 59.000. Karena ini tahap permulaan, masih mau
mencoba-coba dulu jadi saya belum mau beli banyak. Saya membeli 2 paket murah,
jadi saya dapat 2 pembalut ukuran 27 cm dan 2 pembalut ukuran 34 cm.
Tamu untuk bulan April pun
datang, jadi ini saatnya saya mencoba menggunakan pembalut kain. Setelah saya
mendapatkan pembalut kain itu, saya mencucinya terlebih dahulu sebelum akhirnya
digunakan. Gimana rasanya pakai pembalut kain? Ini review menurut apa yang saya rasakan ya, mungkin akan berbeda-beda di
tiap individu. Rasanya memang lebih nyaman jika dibandingkan dengan pembalut
sekali pakai. Pinggiran pembalut ini lebih ramah untuk kulit saya, rasanya
nggak bikin gatal nggak seperti pembalut sekali pakai tsb. Dan nggak bunyi
kemrasak-kemresek juga hahaha. Tapi yang saya rasakan itu kok gerah ya pakai
pembalut itu, entah karena efek apa ya atau mungkin hanya merk itu saja atau
malah hanya aku saja yang ngerasa kayak gitu hahaha. Tapi secara keseluruhan
sih saya lebih suka pakai pembalut kain ini.
Bagian yang nggak menyenangkan
adalah mencuci pembalut kain, agak ribet sih. Kalau pakai pembalut sekali
pakai, kita cuma bersihin terus bungkus dan buang. Kalau ini bener-bener harus
mencuci sampai bersih biar nyaman dan sehat kalau digunakan kembali. Tapi mudah
kok membersihkan noda yang menempel, pertama cukup dialiri dengan air terus
kalau masih ada sisa noda cukup dibersihkan dengan sabun batangan agar cepat
hilang nodanya. Lalu cuci biasa dengan sabun, katanya lebih baik yang tidak
mengandung pemutih dan pewangi. Nah kalau saya biasanya di tahap akhir saya
rendam menggunakan air panas biar kuman/bakterinya tuntas mati. Jadi nggak
perlu takut untuk susah membersihkannya, tapi memang harus mau ribet sedikit
menggunakan ini.
Jadi saya bisa merasakan derita
anak bayi yang selalu pakai pospak (popok sekali pakai) tiap hari. Makanya
kenapa akan sering mengalami ruam-ruam di sekitar kulit paha anak bayi. Saya nggak
tega kalau nanti anak saya pakai pospak tiap hari, sekarang pun ada clodi (cloth diaper) ini mirip pembalut kain
lah dan popok kain biasa yang tipis itu. Apa yang saya rasakan saja itu cukup
mengganggu padahal saya sudah dewasa, apalagi untuk anak bayi yang kulitnya
masih super sensitif.
Comments
Post a Comment